Kamis, 26 November 2009

Mempertimbangkan Pilkada Solo

Suara Merdeka,5 November 2009
Suhu politik di Kota Solo mulai menghangat terkait dengan pemilihan walikota tahun 2010.Semua partai politik sudah mulai sibuk bermanuver untuk menimang-nimang atau mencari calon yang akan diadu.Semua bisa dipahami karena hajatan pilwalkot tinggal 1 tahun.KPUD Kota Surakarta sudah mulai tahapan pilkada mulai bulan September 2009.Tulisan semoga menambah energi bagi Jokowi agar tidak ragu untuk maju. Eman-eman jika kepemimpinan yang bagus berhenti di tengah jalan.
Yang menjadi pusat perhatian bagaimana dengan incumbent Walikota Joko Widodo.Apakah ia akan maju lagi atau tidak.Kalau maju kendaraan apa yang akan digunakan?.Karena dalam berbagai kesempatan berbicara dengan media ia mengisyaratkan tidak maju lagi dan memilih kembali ke dunia bisnis.Dalam kesempatan lain secara eksplisit belum mengungkapkan secara terbuka karena lebih berkonsentrasi dengan tugas membangun kota yang menurutnya belum sesuai dengan target dan harapannya.
Dalam ranah politik statement Jokowi adalah test the water.Untuk mengetahui bagaimana respon publik.Siapa lawan yang akan dihadapi dan bagaiamana strategi untuk meraih kemenangan.Apabila respon masyarakat mengatakan masih menginginkan figur Jokowi maka ia akan maju.Namun faktor dan pertimbangan keluarga juga harus diperhatikan.Kepada kalangan dekat Jokowi mengatakan,perhatian dia kepada keluarga yang harus diutamakan.Tidak mungkin Jokowi maju tanpa restu dan dukungan keluarga.
Jika dalam perpolitikan nasional ada fenomena SBY yang meski - secara anekdot-dipasangkan dengan sandalpun akan jadi,maka dalam politik lokal Solo ada Jokowi.Siapapun pendampingnya dan partai manapun yang mengusung dapat dipastikan akan menang.Masyarakat kota Solo sudah mengetahui kiprah dan kinerjanya dalam menata wajah kota.Ia membangun kota,bukan merusaknya.Ia memperbaiki dan memberdayakan warga kota sehingga rakyat banyak merasa diuwongke.Ia merangkul semua elemen dalam membangun kota.
Jika wajah kota adalah cermin wajah pemimpinnya,maka Solo yang semakin cantik dalam bersolek maka itulah wajah Jokowi. Monumen Banjarsari sebelum tahun 2003 yang kumuh tak tertata karena pedagang klitikan oleh Jokowi kawasan itu ditata,pedagang dipindah setelah mengadakan 54 kali pertemuan ke Pasar Notoharjo dengan prosesi bedhol pasar.Padahal 3 walikota sebelumnya sudah menyerah.Pasar tradisional ia benahi sehingga mampu menyumbang retribusi melebihi super market modern.
Prestasi terbesar Jokowi bukan pada hal-hal yang bersifat fisik,namun non fisik yaitu kemauan memberdayakan warga kota sehingga merasa memiliki kota dan berujung rasa memiliki walikota.Ini modal yang tidak setiap kepala daerah mampu meraih dan memilikinya.Ia partisan namun semua warga dari berbagai macam warna bendera ikut memiliki.
Keberhasilannya dalam menata,telah menjadi preseden bagi para kepala daerah yang lain di Indonesia.Maka tidak mengherankan jika Majalah Tempo menempatkan Jokowi sebagai salah satu dari 10 kepala daerah Tahun 2008 yang visioner, banyak inovasi dan terobosan calon pemimpin yang menjanjikan.(Tempo 22/12/08)).Pendekatannya dalam membangun Kota Solo menjungkir balikkan paradigma kepala daerah yang mengangap bahwa setiap kekumuhan kota harus diselesaikan dengan cara menggusur yang berujung kepada kekerasan.
Para pedagang informal yang umumnya merusak wajah kota, ia ajak berdialog mencari jalan keluar.Jarang ada berita penggusuran di kota Solo yang disertai dengan tindakan kekerasan Ia tak ingin menempuh cara gampang: panggil polisi dan tentara, lalu usir pedagang itu pergi.Ia beralasan dagangan itu hidup mereka,bukan cuma perut sendiri, tapi juga keluarga, anak-anak.Satpol PP/Reksapraja ia ubah penampilannya sehingga jauh dari kesan sangar.
Jokowi-Rudy maju
Duet Jokowi-Rudy telah menemukan chemistry sebagai pasangan saling melengkapi.Jokowi memiliki modal manajemen,Rudy memiliki modal massa PDIP yang sangat militan.Mereka saling memahami tugas,wewenang dan tanggung jawab jabatan.Tak ada berita miring tentang mereka dalam memimpin kota,misalnya rebutan wewenang,tidak saling melangkahi.Mereka menjadikan Kota Solo menjelma dari kota identik sumbu pendek menjadi kota yang aman.Hal ini ditunjukkan secara demonstratif oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia saat berkunjung ke Solo yang tanpa pengawalan blusukan di Solo.
Majunya Jokowi-Rudy memberikan persepsi kepada khalayak bahwa citra mereka memberikan rasa aman,setidaknya bagi kalangan masyarakat marjinal yang selama ini diberdayakan.Kaum ini paling takut tentang keberlanjutan mata pencaharian mereka jika Jokowi-Rudy tidak maju.Karena mereka selama ini yang senantiasa dibela oleh Jokowi-Rudy.Mereka ngayomi dan ngayemi warganya.Mereka kuwatir andai Jokowi tidak maju,periuk nasi meraka akan terguling,asap dapur mereka tidak ngebul.
Jokowi-Rudy menempatkan teladan dan kejujuran di urutan pertama,sabar mendengar rakyat, dan bekerja mencapainya.Keduanya tidak memiliki ambisi atas sebuah jabatan.Maka ditengah euforia otonomi daerah yang menjadikan kepala daerah ibarat raja-raja kecil,Jokowi-Rudy tetap berpijak di bumi.Tidak pernah membuat kontroversi.
Ada keinginan bahwa Jokowi tidak hanya berhenti berprestasi sebagai Walikota Surakarta.Modal politik yang dia miliki sangat besar,maka rakyat Solo bermimpi Jokowi tampil di pentas nasional karena kapasitas dan kapabilitas yang ia miliki.Setidaknya kursi gubernur Jawa Tengah dalam pilgub 2013 dari PDIP kalau ia mau.Solo terlalu kecil bagi Jokowi.
Bagaimana jika Jokowi keukeuh tidak maju lagi dalam pilwalkot?.Apakah PDIP akan mencalonkan Rudy?.Tampaknya Rudy tidak mau.Sebagai orang Jawa Rudy memegang teguh harmoni sehingga komitmen untuk maju bersama atau tidak dalam pilwalkot bersama Jokowi tidak surut.Jika Rudy tidak maju tanpa Jokowi bukan karena ketakutan tidak terpilih,karena resistensi-misalnya alasan agama.Tetapi lagi-lagi masalah harmoni tidak ada yang saling selingkuh menghianati pasangannya.
Jokowi harus didorong untuk maju lagi karena satu periode jabatan belumlah cukup untuk memperbaiki kota Solo.Masih banyak hal yang belum diselesaikan dan umumnya pekerjaan besar. Masih ada kemiskinan: 29.764 keluarga, 105.603 jiwa (2007) yang harus dientaskan.Inilah alasan yang paling rasional.Ia mendapat dukungan dari partai pengusung dan yang paling penting arus utama warga masyarakat ada dibelakang dia.Rakyat melihat Jokowi dengan hati,maka Jokowi juga harus melihat rakyatnya dengan hati.
Mengapa harus berhenti jika ia bisa maju?.Berhenti saat berada di puncak sebagai sesuatu kelaziman.Namun dalam karier politik berhenti sebagai walikota belum dikatakan puncak karier.Jalan di depan masih sangat panjang.Dari pada mundur maju,majulah Jokowi!.

1 komentar: