Senin, 23 Agustus 2010

CINTA KAUM NAHDLIYIN

Terlepas hingar bingar Muktakmar NU di Makasar yang baru saja selesai saya hendak mengupas sisi-sisi indah dalam kehidupan kaum sarungan ini.Pengalaman penulis yang lahir dan besar di lingkungan kaum Nahdliyin di Semenanjung Muria,memberi kesan yang membekas bahwa dalam kesederhanaan kehidupan mereka yang umumnya tinggal di desa,ada sesuatu hal yang luar biasa yaitu kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad melebihi yang dilakukan kecintaan mereka terhadap siapapun di jagad ini.Juga penghormatan mereka kepada para penerus dan pewaris Nabi yaitu kalangan ulama dari Emppat Khalifah sampai Syech Abdul Qodir Jailani,Wali Songo dan Gus Dur.
Kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW diwujudkan antara lain dengan mengucapkan sholawat setiap nama Nabi di sebut.Jangan heran jika anda menyebut nama Nabi Muhammad SAW,maka begitu anda selesai mengucapkan naman Nabi Muhammad SAW akan secara spontan di jawab”Allahummasholli’alaih”yang artinya”Semoga Allah memberikan keselamatan kepadanya(Muhammad)”,meskipun mereka tahu jelas-jelas bahwa Nabi Muhammad SAW dijamin segalanya oleh Allah.Setiap bulan kelahiran Nabi,bulan Maulud mereka membaca Kitab Barzanji yang berisi Shirrah Nabawi selama satu bulan penuh.Saat kelahiran anak selama seminggu juga dibacakan Kitab Barzanji dengan harapan memiliki sifat-sifat sebagaimana sifat Nabi Muhammad SAW.Inilah cinta yang pertama.
Cinta keduanya adalah kepada para Khulafaurrasyidin,empat Khalifah pasca Nabi yakni Abu Bakar Shidiq,Umar Bin Khatab,Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abu Tholib.Setiap mendengar nama-nama itu diucapkan orang lain,maka mereka juga menjawab”Rodliyallahuanhu” yang artinya”Semoga Allah Meridloinya!”.Sebab mereka adalah pribadi-pribadi terpilih yang meneruskan jejak Nabi dalam menyiarkan Islam pasca wafatnya Nabi dan Islam yang mendapat tentangan keras.
Ketiga,cinta itu untuk Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Rahimahullah bernama lengkap Muhyi al Din Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Al-Jailani. Jika dirunut ke atas dari nasabnya, beliau masih keturunan Nabi Muhammad SAW dari Hasan bin Ali R.A.Lahir di Baghdad tahun 1077 M/472 H dan wafat tahun 1166 H/561 H dalam usia 89 tahun.Cintanya kepada Syech Abdul Qodir Jailani diwujudkan dengan pembacaan Kitab Manaqib yang berisi riwayat hidup. Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika kaum Nahdliyin menyanjung dan mencintainya dan menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah atau perantara dalam do’a mereka. Karena tawasul adalah salah satu Sunah Nabi SAW sebagaimana Nabi Adam A.S. bertawasul dengan Nabi Muhammad SAW.
Cinta keempat untuk Wali Songo/ Wali Sembilan yang menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa.Wujudnya dengan mengadakan wisata religi ziarah makam Wali Songo meskipun dengan biaya yang sangat mahal untuk ukuran mereka.Namun cinta mengalahkan segalanya.Wali Songo mereka cintai karena mereka figur paling dekat sebab sama-sama tinggal di tanah Jawa dan bisa jadi mereka akan tetap berada dalam era kegelapan jika para wali itu tidak menyiarkan agama Islam di tanah Jawa.Ziarah biasanya dimulai dari makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik kemudian ke makam Sunan Ampel di Surabaya terus ke arah barat yaitu Sunan Giri di Gresik,Sunan Drajat di Lamongan,Sunan Bonang Tuban,Sunan Kudus di Kudus,Sunan Muria di astana Saptorenggo Gunung Muria,Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak dan berakhir di makam Sunan Gunung Jati Cirebon yang semuanya di poros imajinatif pantai utara pulau Jawa.
Siapa gerangan pribadi yang dicintai selanjutnya?.Jangan kaget jika mereka menyebut Gus Dur.Baik saat masih hidup,maupun setelah wafat,Gus Dur sangat dicintai umatnya.Saya terkesima saat dalam sebuah acara mereka menyebut dengan sebutan Hadratussyech Akbar Kiai Haji Abdurrahman Wahid.Ini hal yang luar biasa.Ia sejajar dengan Kiai Hasyim Asy’ari kakeknya yang mendapat gelar Hadratussyech Akbar.Saat masih hidup tidak ada pembelaan kepada seseorang melebihi pembelaan kaum Nahdlyiyin kepada Gus Dur.Ia masih tetap didengar perkataannya saat penguasa mencoba membungkamnya.Ia tetap ditemani oleh kaumnya saat penguasa mencoba mengucilkannya.Ketika ia dijatuhkan dari kursi kepresidenan ia dibela dan disyukuri karena maqom presiden Republik Indonesia lebih rendah untuk Gus Dur.Gus Dur itu sudah seperti Wali bagi kaum Nahdliyin.Jadi Gus Dur pantas dihormati dan dicintai saat hidup serta ditangisi saat kematiannya tanpa peduli status Gus Dur apakah diangkat sebagai pahlawan atau orang biasa.Lihatlah sekarang makam Gus Dur tidak pernah sepi dari umat yang berziarah dan mendoakan yang artinya Gus Dur tetap pahlawan.
Mengapa cinta-cinta itu ada dan terpelihara dalam diri warga Nahdliyin?.Mencintai Nabi Muhammad SAW dengan mengharapkan syafaat saat hari kiamat kelak.Mereka mencintai para Khulafaurrasyidin dengan harapan memperoleh imbas kemaksuman mereka.Cinta kepada Syeh Abdul Qodir Jailani agar memperoleh wasilah.Cinta kepada Wali Songo agar dalam hidup mereka memperoleh karomah,sebab Wali Songo bukanlah manusia biasa.Mereka hidup dengan penuh kewaskitaan pada zamannya yang sangat sulit karena berhadapan dengan masyarakat berkebudayaan dan beragama Hindu dan Budha yang hingga saat ini masih diwarisi yaitu penghormatan pada tradisi Hindu dan Budha dalam setiap jengkal kehidupan keislaman mereka.Contohnya tradisi kenduri yang didoakan menurut agama Islam.
Bagaimana dengan Gus Dur?.Mereka mencintai Gus Dur sebab Gus Dur mencintai mereka.Gus Dur telah mendisain setiap jenis kegiatan keagamaan yang melibatkan kaum Nahdliyin dalam persfektif yang lebih besar yaitu sudut pandang keindonesiaan.Dalam pembacaan kitab Barzanji untuk menghormati Nabi Muhammad SAW,pembacaan kitab Manaqib untuk Syech Abdul Qodir Jailani,dalam wisata religi ziarah makam Wali Songo yang sangat dengan akar warga NU Gus Dur berpesan agar jangan hanya berdoa untuk diri sendiri,Islam,NU namun untuk Indonesia.Yang menjadi gong adalah istighosah kubro dimana ratusan ribu umat berdoa untuk Indonesia.Jadi wajar jika cinta yang besar dari Gus Dur kepada kaum Nahdliyin dibalas pula dengan cinta mereka kepada Gus Dur.Berkat Gus Dur massa NU tidak dipandang sebelah mata.Mereka adalah massa yang nyata.Namun repotnya belum digarap sepenuhnya kecuali menjelang pemilu.
Cinta itu ada sebab semua telah memberi jalan lapang dan terang.Kehadiran Nabi Muhammad SAW dalam bahasa mereka “minnadlullumati illa nuur” yang artinya membawa dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya terang keberadaban (Islam).Para Khalifah,Syech Abdul Qodir Jailani,Wali Songo,dan Gus Dur yang mendapat sebutan ulama pewaris Nabi juga membawa panji“minnadlullumati illa nuur” dengan derajat yang berbeda.We love you full!.

1 komentar: