Senin, 23 Agustus 2010

PENDIDIKAN YANG HANYA MENGHASILKAN PARA GAYYUS

Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei ini ada pertanyaan siapakah yang paling bertanggung jawab atas kondisi bangsa yang karut marut tanpa karakter ini?.Tidak usah berfikir njlimet.Dunia pendidikanlah yang paling bertanggung jawab atas kegagalan membangun karakter bangsa.Kita,kalangan pendidik harus jujur mengakui bahwa ada yang salah dalam dunia pendidikan kita.Kegagalan terbesar dunia pendidikan adalah gagal melahirkan generasi terdidik yang memiliki karakter kuat dalam membawa bangsa menuju pencerahan setelah terpuruk mewarisi mental bangsa terjajah,bangsa yang hancur martabatnya dan tidak mandiri secara ekonomi politik,serta bangsa yang tidak mampu melepaskan diri bangkit dari kubangan mental korup akibat semua keberhasilan diukur dengan seberapa banyak materi yang kita kumpulkan.

Bangsa penjajah mewariskan kepada bangsa Indonesia dengan karakter pecundang,penghamba dan cepat puas diri karena penjajah tidak memberikan ruang bagi orang-orang bumi putera untuk memperoleh pendidikan, sehingga mereka mampu lepas dari belenggu penindasan.Penjajah sadar bahwa memberikan kesempatan pendidikan sama artinya memelihara anak macan yang akan menerkam kala mereka besar.Pendidikan akan membuat mereka mengerti kedudukan harkat,martabat,hak dan kewajiban sebagai sebuah bangsa.Bung Karno di penjara di Sukamiskin setelah pidato Indonesia Menggugat dalam pembelaan di depan pengadilan kolonial sehingga bangsa penjajah terbirit-birit adalah bukti pendidikan mampu melahirkan manusia berkarakter,dan itulah musuh dan ancaman terbesar bagi penjajah.Pendek kata pendidikan mampu memberikan pencerahan.

Mental bangsa terjajah itu terus terpelihara hingga saat ini.Dunia pendidikan gagal melahirkan generasi cerdas dan kritis sebab setiap kecerdasan dan kekritisan dianggap sebagai bentuk perlawanan.Anak yang bodoh namun penurut lebih baik dari pada anak cerdas namun memiliki sifat melawan.Anak cerdas dan kritis di kelas yang ditandai dengan kebiasaan bertanya akan dilihat sebagai kebawelan.Yang dikehendaki oleh lembaga pendidikan adalah anak yang pintar dan pandai dengan ukuran nilai 10 dalam ujian,bukan anak yang cerdas dan kritis yang mampu menghimpun pertanyaan dari yang paling sederhana hingga yang sulit.Anak pandai dan pintar hanya mampu mengerjakan sebuah soal di atas kertas tanpa mampu membuat implementasi di lapangan.Anak yang cerdas dan kritis mampu menemukan sebuah hal.Hasilnya hingga kini dunia pendidikan hanya mencetak pengangguran intelek,terdidik,tanpa kemampuan daya cipta,semangat kewirausahaan/interpreunership.

Dunia pendidikan juga gagal melahirkan generasi mandiri secara sosial,politik dan ekonomi.Bangsa mandiri dilahirkan oleh pendidikan yang menanamkan karakter mandiri.Sebagaian besar teks buku pelajaran anak berisi hal-hal yang meninabobokan mental anak jauh dari watak mandiri.Gambaran sebuah Indonesia sebagai negeri yang makmur,kaya raya dengan hasil alam yang melimpah ruah ,dengan iklim yang bersahabat tertulis dengan nyata di semua buku dan menjejali otak anak.Akibatnya anak menjadi malas dan tidak mandiri karena terkena sindrom penyakit anak orang kaya yang serba mengandalkan sesuatu yang dimiliki oleh orang tuanya.Akibatnya mental anak tidak mandiri karena tidak diajarkan bagaimana cara mengelola kekayaan alam yang demikian melimpah itu.

Maka jangan heran jika saat mereka menjadi pemimpin hanya mampu berbuat untuk menggadaikan kekayaan alam kepada bangsa asing.Kekayaan alam kita hanya dinikmati oleh segelintir orang,bukan oleh seluruh bangsa Indonesia.Wilayah Papua,Kalimantan yang kaya,namun penduduknya miskin dan terbelakang karena mereka tidak ikut menikmati kekayaan alam itu. Sebabnya yang mengelola bukan anak bangsa sendiri namun anak bangsa lain.Ini akibat pendidikan yang tidak menanamkan sikap kemandirian.

Pendidikan yang tidak menanamkan aspek kemandirian membuat bangsa kita sangat mudah didikte oleh bangsa lain dan bergantung kepada mereka.Kemandirian artinya membentuk karakter bangsa berani berjalan tegak dan tangguh menghadapi tekanan bangsa lain.Kalau Anda memperhatikan bagaimana alotnya seorang Presiden RI menentukan figur kabinetnya,karena ia bingung dengan kuatnya tekanan dari luar negeri,misalnya posisi Menteri Keuangan harus mendapat restu dari Bank Dunia,IMF.Alotnya penentuan siapa yang berhak mengelola ladang minyak Blok Cepu yang memiliki kandungan minyak hingga milyaran barel antara Pertamina dan Exxon Mobil,alotnya negoisasi ladang gas Donggi Senoro di Sulawesi Tengah,apakah untuk konsumsi dalam negeri atau di ekspor karena kita tidak mandiri di negeri sendiri.Andai dunia pendidikan kita sedari awal mampu menanamkan sikap mandiri kepada anak didiknya tentu hal itu tidak terjadi.Kita lahir sebagai bangsa peragu.

Lalu bagaimana kalangan dunia pendidikan kita memandang kasus Gayus Tambunan?.Dunia pendidikan mestinya yang paling terpukul dengan kasus Gayus bukan Menteri Keuangan karena ia adalah user/pemakai.Mestinya Mendiknas yang terpukul sebab isntitusinya yang mendidik Gayus,Haposan Hutagalung Cs.Gayus yang dibesarkan dan menikmati pendidikan kita ternyata menjelma menjadi pribadi pemangsa bangsa sendiri.Ia adalah produk pendidikan tahun 90-an yang telah mengikuti penataran P4,memperoleh pelajaran PMP/PPKN dan PSPB tetapi tanpa budi pekerti.Di lapangan ternyata ditemukan banyak Gayus karena kesalahan kalangan pendidikan memberi tameng budi pekerti kepada anak didik.

Gayus yang korup,manipulatif itulah cermin dunia pendidikan kita yang dijalankan oleh pejabat yang korup dan guru yang manipulatif disemua lini.Contoh korupsi pejabat pendidikan sudah basi untuk di bahas.Yang menarik adalah contoh sikap manipulatif guru PNS yang meneruskan kuliah memanipulasi pengajuan surat ijin belajar kepada kepala dinas bahwa seolah-olah ia akan mulai kuliah padahal sudah menempuh kuliah hingga semester akhir.Sikap manipulatif akan terus terjadi karena setiap kebohongan akan melahirkan kebohongan baru secara terus menerus.Kalau pelakuknya seorang guru bisa dibayangkan,maka yang lahir adalah para gayus.

Gayus sang manipulator pajak juga produk dari dunia pendidikan yang compang camping tanpa desain besar.Kurikulum berganti setiap ganti menteri mulai kurikulum dengan konsep link and match,Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK,hingga sekarang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP.Banyak kebijakan yang kontroversial karena tidak mendengar masukan para praktisi pendidikan,orang tua ,yang berujung pada uji materiil di Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi seperti kebijakan mengenai Ujian Nasional yang kalah di tingkat kasasi MA,serta UU Badan Hukum Pendidikan yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Solusinya adalah kembalikan pengelolaan pendidikan nasional kepada pribadi-pribadi luhur yang jauh dari ambisi politik.Masih banyak putra putri terbaik bangsa yang memiliki kapabilitas dalam mengelola pendidikan dan jauh dai kooptasi partai politik.Politik pendidikan adalah bagaimana menjadikan pendidikan Indonesia maju dan memiliki daya saing minimal di tingkat ASEAN.Hanya dengan pendidikan bermutu Indonesia akan lapas dari mentalitas bangsa terjajah,lewat pendidikan yang menanamkan karakter mandiri bangsa Indonesia tak akan didikte bangsa lain,dan yang terakhir dengan pendidikan yang didesain secara saksama pendidikan Indonesia tidak melahirkan para gayus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar